Pages

Monday, June 6, 2011

Danau cantik dari Bencana

Tak lengkap rasanya jika Anda berkunjung ke Sumatera Utara tidak mampir sejenak ke Danau Toba, danau vulkanik yang merupakan danau terbesar di Indonesia, bahkan Asia Tenggara. Pesona eksotisnya berupa hamparan danau luas laksana lautan dengan pepohonan rindang dan perbukitan yang menawan. Danau ini berukuran 1700 meter persegi dengan kedalaman kurang lebih 450 meter dan terletak 906 meter di atas permukaan laut, di tengah danau terdapat Pulau Samosir yang tak kalah menariknya menjadi objek kunjungan wisata.

Photo credits - Arie Basuki/Tempo

Dalam kunjungannya pada 1996, Pangeran Bernard dari Belanda bahkan menyatakan kekagumannya pada panorama indah danau ini. “Juallah nama saya untuk danau ini. Saya tak dapat melukiskan betapa indahnya Danau Toba,” katanya antusias.

Ada tujuh kabupaten di sekeliling danau, yakni Simalungun, Toba Samosir, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Dairi, Karo, dan Samosir yang memiliki panorama alam indah dan menjadi lokasi tujuan wisata. Umumnya wisatawan menikmati keelokan Danau Toba dari Parapat di Simalungun dan Tuktuk Siadong di Pulau Samosir.

Diperkirakan Danau Toba terjadi saat ledakan sekitar 73 ribu-75 ribu tahun lalu dan merupakan letusan super volcano (gunung berapi super) yang paling baru. Bill Rose dan Craig Chesner dari Michigan Technological University memperkirakan bahwa bahan-bahan vulkanik yang dimuntahkan gunung itu sebanyak 2.800 km³, dengan 800 km³ batuan ignimbrit dan 2.000 km³ abu vulkanik yang diperkirakan tertiup angin ke barat selama dua minggu.

Photo credits - Agung Chandra/Tempo

Debu vulkanik yang ditiup angin telah menyebar ke separuh bumi, dari Cina sampai ke Afrika Selatan. Letusannya terjadi selama satu minggu dan lontaran debunya mencapai 10 km di atas permukaan laut.

Kejadian ini menyebabkan kematian massal dan, pada beberapa spesies, juga diikuti kepunahan. Menurut beberapa bukti DNA, letusan ini juga menyusutkan jumlah manusia sampai sekitar 60% dari jumlah populasi manusia bumi saat itu, yaitu sekitar 60 juta manusia. Letusan itu juga ikut menyebabkan terjadinya zaman es, walaupun para ahli masih memperdebatkannya.

Setelah letusan tersebut, terbentuk kaldera yang kemudian terisi oleh air dan menjadi yang sekarang dikenal sebagai Danau Toba. Tekanan ke atas oleh magma yang belum keluar menyebabkan munculnya Pulau Samosir. Ketika menikmati keindahan danau ini, Anda mungkin tak membayangkan bahwa pesona yang terjadi berasal dari bencana dahsyat letusan gunung berapi yang mendatangkan ketakutan dan kengerian ketika itu.

Perjalanan darat ke Danau Toba, tepatnya ke Parapat, memakan waktu empat sampai lima jam dari Medan. Tersedia bus atau travel yang langsung menuju Parapat. Rutenya melewati Lubuk Pakam, Tebing Tinggi, dan belok ke arah Pematang Siantar. Sepanjang perjalanan, kita disuguhi panorama perkebunan kelapa sawit dan karet.

Apabila menggunakan kereta api, dari Medan pilih rute menuju Pematang Siantar. Dari sini perjalanan dilanjutkan menggunakan bus ke Parapat. Waktu tempuhnya satu jam.



Photo credits - Agung Chandra/Tempo

Untuk tempat menginap dan tinggal lebih lama menikmati keindahan Danau Toba, tersedia banyak hotel dan penginapan. Di Parapat, sedikitnya ada 900 kamar hotel berbagai jenis, mulai dari bintang empat hingga homestay, di Tuktuk juga tak berbeda. Baik di Parapat maupun Tuktuk, wisatawan dapat langsung menikmati danau dari pinggirannya. Tarif hotel di Tuktuk dan Parapat bervariasi, sesuai tipikal turis yang datang. Mulai dari Rp 30 ribu hingga Rp 500 ribu per malam tergantung tipe hotel.

Sebuah perusahaan travel bahkan menawarkan menikmati keindahan Danau Toba dari udara, yakni menggunakan paralayang. Setiap wisatawan diberi kesempatan terbang menggunakan paralayang dari kawasan pegunungan Tongging, Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara. Bagi para wisatawan yang ingin mencoba paralayang akan ditemani seorang instruktur berpengalaman, namun tentunya penentuan bisa terbang atau tidak tergantung pada kondisi cuaca dan angin.

Tidak hanya itu, menikmati keindahan matahari terbit dan terbenam bisa Anda nikmati dari pesisir danau. Dari dataran tinggi Karo di sebelah utara, keelokan danau terlihat memanjang dipandang dari Sikodonkodon. Namun, hanya ada satu resor di sini. Di sisi barat, pemandangan danau dan Pulau Samosir dapat dengan sempurna disaksikan dari Tele. Ada gardu pandang di ketinggian sekitar 1.000 meter dari permukaan laut untuk menikmati senja di Danau Toba.

Sumber: Yahoo News

Pulau Surgawi Itu Bernama Dodola...

Laksana surga yang dicampakkan ke bumi. Pulau surgawi itu bernama Dodola. Terletak di Kepulauan Morotai, Maluku Utara, Pulau Dodola terdiri atas dua pulau. Pulau Dodola Besar dan Pulau Dodola Kecil.

Kala air surut, kedua pulau akan menyambung oleh pasir putih memanjang. Sebuah pola guratan nan magis tampak di sepanjang pasir penyambung. Guratan-guratan yang muncul akibat angin dan ombak. Dari Dodola Besar perlu waktu sekitar lima menit berjalan kaki untuk mencapai Dodola Kecil.

Selain pasir yang menyambungkan kedua pulau, air laut yang surut menampakkan karang-karang penuh rumput laut. Sebaliknya, saat air pasang, Dodola pun bercerai menjadi dua pulau, terpisah oleh air laut bagai selat.

Pulau Dodola cocok menjadi lokasi snorkeling dan menyelam. Namun sebagai tempat untuk sekadar berjemur menatap keelokan pantai pun begitu memikat. Pastikan untuk berenang karena air yang begitu biru sangat menggoda diri untuk mencebur ke dalam hangatnya air laut.

Bagai perempuan yang bersolek, bumi Dodola berdandan dengan bedak putih. Ya, pasir putih di Dodola sangat lembut, nyaris serupa dengan bedak atau tepung. Dodola adalah gadis perawan yang rupawan. Pulau tak berpenghuni nan sepi. Hanya sesekali nelayan yang mampir melepas penat.

Saya sempat bertemu dua orang nelayan yang sedang mencari ikan di tengah lautan. Mereka beristirahat sejenak di Pulau Dodola. Ketinting atau perahu tradisional khas Maluku diparkir di tepi pantai. Jika Anda ingin bertandang ke pulau elok itu, Anda bisa menumpang Ketingting.

"Lima puluh ribu sekali jalan," begitu kata salah satu nelayan. Anda bisa juga menyewa speedboat untuk mencapai Pulau Dodola. Namun, menumpang ketinting sambil mengikuti kesibukan nelayan melaut tentu memberi kesan yang lebih mendalam.

Di Dodola Kecil sama sekali tidak ada sentuhan manusia. Berbeda dengan Pulau Dodola Besar yang memiliki dermaga kayu dan bangunan semacam vila. Namun vila itu tak terawat dan dibiarkan telantar. Pemerintah kabupaten memang berencana mengembangkan pulau itu sebagai obyek wisata lengkap dengan penginapan persis di tepi pantai.

Kabupaten Morotai sendiri terdiri dari gugusan lebih dari tiga puluh pulau. Sebagian besar adalah pulau-pulau kecil yang tak berpenghuni. Morotai terkenal sebagai lokasi bersejarah yang berperan besar pada Perang Dunia II. Jepang dan tentara sekutu pernah bertempur di pulau itu. Karena itu, kedua kubu pernah bermarkas.

Sampai kini, sisa peninggalan bersejarah masih bisa terlihat jelas di dasar laut. Karena itu, aktivitas menyelam di Morotai bagai mengabungkan wisata bahari dengan wisata sejarah. Firman, penyelam asli Morotai, menuturkan, ada 13 titik laut yang ada peninggalan sejarah.

"Lima lokasi sudah ada dokumentasinya. Sisanya masih berupa cerita-cerita rakyat, jadi belum terbukti," kata Firman. Kelima lokasi tersebut ada di Wawama, Totodaku, Mira, Buhobuho, dan laut di antara Dodola dengan Kelerai.

"Di Wawama dan Totodaku, ada pesawat sekutu dan jip. Kalau di Mira ada kapal karam. Di Buhohubo dan dekat Dodola ada pesawat tempur," katanya. Firman bertekad untuk terus menyelam demi menyingkap laut Morotai yang menyimpan sisa-sisa Perang Dunia II.

Sumber : KOMPAS.com

Tatto Temporer ternyata ga aman???

Bener ga ya kalo tatto temporer itu ga aman?? Pasti temen-temen semua blom tau atau masih binggung kalo sebenernya tatto temporer itu belom tentu aman loh buat kulit kita, mau bukti??

Disini saya mau berbagi pengalaman aja ke teman2 tentang tatto temporer. Kita semua pasti tau yang namanya tatto temporer karna hampir semua tempat ada yang menawarkan tatto temporer ini, apalagi di daerah pantai pasti banyak banget. Sama hal’a kaya saya dan temen2 kuliah saya yang lagi liburan ke daerah pantai, tepatnya ke Carita, ya itung2 sambil ngilangin stres biz Uts n s’cara kita semua lagi pada nyusun skripsi jd kalian semua tau sendirilah gimana stres’a,, haha. Ok back to the story, disana banyak banget orang yang nawarin pasang tatto, yang pastinya tatto temporer karna kalo tatto permanen kita ga ada yang berani, nanti malah di damprat dari kampuz.. haha *lebay

Ok balik lagi ke cerita kita, ya setelah dua hari kita liburan disana, akhirnya salah satu temen saya ada yang mau coba untuk pasang tatto temporer, karena banyak banget orang lalu lalang di penginapan kita, dari yang namanya tukang urut, ibu2 jual makanan, jual baju, sampe tukang tatto tiap jam slalu dateng ke penginapan kita untuk nawarin jualan n jasa mereka. Yasudlah ga usah basabasi, langsung crita ja. Jadi gini, temen saya tu coba tawar harga ke tukang tattonya. Setelah harga disepakati, dimulailah temanku itu di tatto.. Brett.. breettt,,brreett.. selesailah tatto’a itu dibuat, hasilnya bagus lah, karya seninya ok juga,, hhe..

Setelah temanku itu selesai di tatto, akhirnya temen2 yang lain pada ikutan untuk natto, yasud kebanjiran order deh tu tukang tatto, karena kita liburan ke Carita ga sedikit orangnya, tapi ber-13 orang,, haha *pegel2 deh tu tukang tatto.. mulai ngantri deh temen2ku semua termasuk saya. Lanjut di tattoo org ke 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, dan akhirnya sampai orang ke 11 yaitu saya, tapi sayang sekali tukang tatto’a udh cape,, *kasian bgt ya.. akhirnya natto’a di lanjutin besok, karena selain abang’a cape, jam pun sudah menunjukkan jam 11 malem. Ya pantes aja cape tukang’a, biz dia nantto dari jam 10pagi sampe jam11 malem,, haha..

Aduh kaya’a terlalu bertele-tele deh ni cerita,, langsung ja deh. Nah pas besoknya saya ditatto di lengan sebelah kiri, tatto’a gede banget sampe2 kalo pake t-shirt tu tatto masih ja kliatan. Ok langsung ke pokok permasalahannya ja, sebenernya tatto temporer tu aman atau tidak??. Tepat’a tanggal 8 Mei saya di tatto. Setelah satu minggu, yaitu tanggal 15 Mei tatto’a udh mulai pudar, tapi 2 hari kemudian ko malah bekas tatto itu mulai gatal-gatal, truz di tambah lagi keluar bentol-bentol di lengan saya yang di tatto. Lucunya bentol2 itu timbul searah dengan tatto’a, jadi tatto bentol deh,, hehe.. rasa’a gatel banget, truz bentol-bentol’a juga gede2, jadi rada ngeri sebener’a apa yang terjadi??. kalian bisa liat langsung deh foto yg di bawah ini, foto sebelum tatto’a pudar dan foto setelah tatto’a pudar n bentol2.














gimana temen-temen serem ga ngeliat’a?? Serem ya. Walaupun memang tatto temporer itu ga semua’a berbahaya, tapi kan kita ga tau bahan yang dipakai oleh tukang tatto’a itu cocok untuk kulit atau tidak. Nah disini saya ga men-judge semua tatto temporer itu berbahaya ya untuk kulit kita, tapi disini saya mau share pengalaman aja and ngasih tau ketemen-temen untuk lebih hati-hati kalo mau tatto’an, n jangan lupa untuk tanya dulu k tukang tatto’a tentang bahan yang dipakai untuk menato kulit kita, karena waktu itu pas saya tanya ke tukang tatto’a, kalo bahan yang dipakai itu dari “TANCO”, ga tau deh tanco itu apa, tapi setau saya tanco itu bahan untuk menghitamkan rambut yang ubanan, bener ga??

Yaudah gitu aja cerita ini saya bagi-bagi ke temen-temen semua, semoga temen-temen semua bisa lebih berhati-hati untuk memilih mana yang baik untuk kesehatan temen-temen semua.

Yang mau saya tanyain ke temen-temen semua, pada masih berminat untuk pasang tattoo temporer kah????


-untuk kritik n saran atau komentar boleh langsung komen aja.. hehe-